gambar

Sabtu, 03 Maret 2012

SID Kemas Lagu-lagu Terbaik dalam Piringan Hitam


   Band punk asal Bali, Superman Is Dead (SID), yang terdiri dari trio Bobby Kool (vokal dan gitar), Eka Rock (bas dan vokal latar), dan Jerinx atau JRX (drum), tak pernah kehabisan ide untuk menuangkan karya musik mereka. Sebuah album the best yang dikemas dalam piringan hitam alias vinyl akan dirilis pada Maret 2012 oleh SID sebagai proyek musik terkini mereka. Menurut JRX, sejak lama SID sudah terobsesi untuk mengemas album mereka ke dalam vinyl.

"Obsesi kami merilis ini adalah untuk mendokumentasikan karya kami dari tahun 1995 (sebelum menjadi album). Jadi, pendokumentasian karya kami lewat album ini," jelas JRX dalam jumpa pers di kantor label rekaman Sony Music Entertainment Indonesia, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (23/2/2012).

   Album 1997-2009 SID tersebut diklaim oleh JRX sebagai proyek idealis yang pantas dikoleksi. "Sekarang vinyl itu jarang banget dan susah didapat di toko. Ini buat koleksi saja, soalnya belum tentu pada punya player-nya. Jadi, ini buat koleksi Outsiders (para penyuka musik SID)," kata Bobby.

   Kesan klasik dan elegan begitu terasa pada kemasan itu. SID sengaja memajang foto Jalan Poppies, Kuta Bali, pada 1977 sebagai sampul depannya, sementara sampul belakangnya menampilkan foto Jalan Poppies masa kini, tempat SID bermarkas. Ketika sampul album dibuka, foto Bobby, Eka, dan JRX akan muncul dalam bentuk kreasi foto pop up. "Karena kami sadar proyek seperti ini sangat idealis dan chance-nya sangat kecil, jadi kami benar-benar mengonsepnya. Untuk pop up ini, ide sebenarnya buat nakutin anak kecil," jelas JRX dengan canda. "Kalau enggak punya player-nya, ya ini (pop up) bisa jadi hiburan," timpal Bobby, juga dengan canda. "Kami sengaja searching di Google dan ternyata belum ada yang seperti ini (album dengan kreasi foto pop up)," sambung JRX.

   Bukan kreasi foto pop up saja yang memberi kesan klasik dan elegan. SID juga kemasan tersebut dengan foto-foto yang merekam jejak perjalanan karier bermusik mereka sejak 1997. "Ini ada foto dari zaman kami main di bale banjar. Ini semacam acara tahun baruan di kampung, terus ada back ground kain-kain Bali. Ada juga foto Bobby lagi main bulu tangkis, ada foto teman-teman yang memandu SID dari awal," papar JRX.



   Membedah materi album vinyl 1997-2009, yang diproduksi di Belanda, juga tak kalah serunya. Delapan lagu terbaik SID menjadi penghuni album tersebut. "Karena keterbatasan durasi, kami hanya bisa memasukkan delapan lagu. Ini lebih stres daripada memilih baju, karena kami punya banyak lagu. Tapi, delapan lagu ini mewakili SID secara keseluruhan," jelas JRX lagi.

   Menariknya, "Old World" dan "Get In Touch", dua lagu lama SID dari era 1997, yang nyaris belum pernah didengar, sengaja mereka sertakan. "Di sini, ada dari lagu pertama sampai akhir, bisa didengar bagaimana kami dulu enggak mengerti rekaman dan benar-benar berantakan. Bahkan,master-nya pun sudah hilang, albumnya saya sendiri enggak punya lagi, karena dulu filing kurang rapi. Akhirnya, kami rekaman mastering lagu-lagu itu lagi dengan cara yang sama seperti kami lakukan dulu, tapi kami garap serius sampai seperti hasil yang sekarang," terang Bobby.

   Sebuah lagu masterpiece SID tetap menjadi kuncian album 1997-2009. "Kalau dari saya, sebenarnya SID lebih ke 'Kuta Rock City' sebagai masterpiece, walaupun banyak lagu lainnya," ujar Eka. "Ya, setuju," timpal Bobby dan JRX bersamaan.

   Diberi harga Rp 350.000 per album, SID membidik dua pasar potensial. "Segmennya akan kebagidua. Yang pertama, di Indonesia, walaupun kecil, komunitas kolektor vinyl sudah ada. Di Yogya memang sudah banyak pesanan. Yang kedua, penggemar yang loyal. Kebanyakan fans kami remaja, kebanyakan dari mereka belum mengerti vinyl, tapi pengin mengoleksi," kata JRX. "Harganya Rp 350.000. Orang bisa pesan dulu sebelum rilis di pasaran, mail order awal Maret 2012. Ini bisa jadi proyek percontohan. Kalau feedback-nya bagus, mungkin bisa jadi tren," lanjutnya.

   Bagaimana pun, album piringan hitam ini diterjemahkan oleh SID sebagai pencapaian spiritual. "Memang kami suka hal-hal vintage. Ada nilai personalnya, seperti yang sudah kami jelsakan tadi. Yang ingin kami capai sekarang adalah pencapaian spiritual. Sekarang sudah jadi band, kemarin masih mikir boyband atau band," pungkas JRX.



SID Lawan Selingkuh dengan Rasa Bangga Indonesia


Mengetahui banyak anak kecil menyanyikan lagu berlirik dewasa, tak terkecuali tentang selingkuh, grup punk dari Bali, Superman Is Dead (SID), yang terdiri dari Bobby Kool (vokal dan gitar), Eka Rock (bas dan vokal latar), dan Jerinx atau JRX (drum), merasa prihatin. Kondisi itu melatarbelakangi SID untuk menyajikan kembali lagu "Aku Anak Indonesia", karya mendiang pencipta lagu anak AT Mahmud, dengan aransemen punk.
Band punk dari Bali Superman Is Dead (SID) bersama Christopher dan Kanya membawakan lagu Aku Anak Indonesia, karya AT Mahmud, dalam Fanatik, program musik Kompas di Layar Kaca, yang shootingnya dilakukan pada Rabu (22/2/2012) malam di Studio Orange, Jakarta.








"Terus terang, sudah lama kami masuk ke tahap sedikit cemas melihat anak kecil menyanyikan lagu dewasa. Ini tidak relevan. Masa anak kecil nyanyi lagu selingkuh?" ucap JRX.
Dengan mendaur ulang "Aku Anak Indonesia", SID berupaya memberi kontribusi sebesar mungkin. "Kami ingin memberi kontribusi agar anak kecil menyanyikan lagu yang cocok dengan usianya, jangan cepat dijadikan tua," kata JRX.
Sentuhan punk yang diramu lagi dengan tempo mars pada drum menjadikan lagu "Aku Anak Indonesia" terasa lebih bersemangat dibandingkan dengan versi pertamanya yang pernah dipopulerkan oleh vokalis Tasya ketika masih kanak-kanak. "Pas dikasih lagunya yang versi Tasya, kaget juga, karena ada nuansa orkestranya. Akhirnya, kami aransemen dengan cakupan yang lebih luas, supaya kalau kami manggung, semuanya bisa nyanyi bareng," jelas Bobby.
"Kebetulan ini versinya pas, diaransemen oleh Bobby. Kalau kata Pak Jan Djuhana (salah satu petinggi Sony Music Entertainment Indonesia), mirip lagu bola," tambah JRX. "Kami mengharapkan sesuatu yang kolosal," timpal Eka.