"Agama Hindu (Sanskerta: Sanātana Dharma सनातन धर्म "Kebenaran Abadi" ), dan Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa.
Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat
di anak
benua India.
Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia
Tenggara sampai kira-kira abad
ke-15,
lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Mulai saat itu agama ini
digantikan oleh agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas
pemeluk agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang
tersebar di pulau Jawa,Lombok, Kalimantan (Suku Dayak
Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap).
Etimologi
Dalam bahasa
Persia,
kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa
Sanskerta). Dalam Reg
Weda,bangsa Arya menyebut wilayah mereka
sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh
sungai di barat dayaanak
benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai
Indus).
Hal ini mendekati dengan kataHapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) — sastra suci dari
kaumZoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu
merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai
Sindhu.
Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab
dari Weda digenapi oleh para brahmana. Pada zaman munculnya agama Buddha, agama
Hindu sama sekali belum muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda
Keyakinan dalam Hindu
Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya
demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat
Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat
Hindu, Adwaita
Wedantamenegaskan
bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang
memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk.
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan
kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan
keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
Widhi Tattwa
Widhi Tattwa merupakan
konsep kepercayaan terdapat Tuhan yang Maha Esa dalam
pandangan Hinduisme. Agama Hindu yang berlandaskan Dharma menekankan ajarannya kepada
umatnya agar meyakini dan mengakui keberadaan Tuhan yang Maha Esa. Dalam
filsafat Adwaita
Wedantadan
dalam kitab Weda, Tuhan diyakini hanya satu
namun orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama. Dalam agama Hindu, Tuhan
disebut Brahman. Filsafat tersebut tidak
mengakui bahwa dewa-dewi merupakan Tuhan tersendiri
atau makhluk yang menyaingi derajat Tuhan
Atma Tattwa
Atma tattwa merupakan kepercayaan bahwa
terdapat jiwa dalam setiap makhluk hidup.
Dalam ajaran Hinduisme, jiwa yang terdapat dalam makhluk hidup merupakan
percikan yang berasal dari Tuhan dan disebut Atman. Jivatma bersifat abadi,
namun karena terpengaruh oleh badan manusia yang bersifat maya, maka Jiwatma
tidak mengetahui asalnya yang sesungguhnya. Keadaan itu disebut Awidya. Hal tersebut
mengakibatkan Jiwatma mengalami proses reinkarnasi berulang-ulang. Namun
proses reinkarnasi tersebut dapat diakhiri apabila Jivatma mencapai moksa.
Karmaphala
Agama Hindu mengenal hukum sebab-akibat yang
disebut Karmaphala (karma = perbuatan; phala = buah/hasil) yang menjadi
salah satu keyakinan dasar. Dalam ajaran Karmaphala, setiap perbuatan manusia
pasti membuahkan hasil, baik atau buruk. Ajaran Karmaphala sangat erat
kaitannya dengan keyakinan tentang reinkarnasi, karena dalam ajaran
Karmaphala, keadaan manusia (baik suka maupun duka) disebabkan karena hasil
perbuatan manusia itu sendiri, baik yang ia lakukan pada saat ia menjalani
hidup maupun apa yang ia lakukan pada saat ia menjalani kehidupan sebelumnya.
Dalam ajaran tersebut, bisa dikatakan manusia menentukan nasib yang akan ia
jalani sementara Tuhan yang menentukan kapan
hasilnya diberikan (baik semasa hidup maupun setelah reinkarnasi).
Punarbhawa
Punarbhawa merupakan keyakinan bahwa manusia
mengalami reinkarnasi. Dalam ajaran Punarbhawa,
reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada
kehidupannya yang terdahulu. Apabila manusia tidak sempat menikmati hasil
perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi kesempatan untuk menikmatinya
pada kehidupan selanjutnya. Maka dari itu, munculah proses reinkarnasi yang
bertujuan agar jiwa dapat menikmati hasil perbuatannya (baik atau buruk) yang
belum sempat dinikmati. Proses reinkarnasi diakhiri apabila seseorang mencapai
kesadaran tertinggi (moksa).
Moksa
Dalam keyakinan umat Hindu, Moksa merupakan
suatu keadaan di mana jiwa merasa sangat tenang dan menikmati kebahagiaan yang
sesungguhnya karena tidak terikat lagi oleh berbagai macam nafsu maupun benda
material. Pada saat mencapai keadaan Moksa, jiwa terlepas dari siklus reinkarnasi
sehingga jiwa tidak bisa lagi menikmati suka-duka di dunia. Oleh karena itu,
Moksa menjadi tujuan akhir yang ingin dicapai oleh umat Hindu.
Konsep ketuhanan
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia
dan rentang sejarahnya yang panjang menunjukkan bahwa agama Hindu telah
melewati segala paham ketuhanan yang pernah ada di dunia. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh para sarjana, dalam tubuh Agama Hindu terdapat beberapa konsep
ketuhanan, antara lain henoteisme, panteisme, monisme, monoteisme, politeisme, dan bahkan ateisme.
Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai
adalah monoteisme (terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita
Wedanta),
sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monisme, politeisme)
kurang diketahui. Sebenarnya konsep ketuhanan yang jamak tidak diakui oleh umat
Hindu pada umumnya karena berdasarkan pengamatan para sarjana yang meneliti
agama Hindu tidak secara menyeluruh.
Monoteisme
Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang
dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebut dikenal
sebagai filsafat Adwaita
Wedanta yang berarti "tak ada duanya".
Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta
menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala
kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman.
Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang
tidak berawal namun juga tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus
pelebur alam semesta. Brahman berada di mana-mana dan mengisi seluruh alam
semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala sesuatu yang ada di dunia.
Segala sesuatu yang ada di alam semesta tunduk kepada Brahman tanpa kecuali.
Dalam konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan dengan malaikat dan enggan untuk dipuja
sebagai Tuhan tersendiri, melainkan dipuji atas jasa-jasanya sebagai perantara
Tuhan kepada umatnya.
Filsafat Adwaita
Wedanta menganggap tidak ada yang setara dengan
Brahman, Sang pencipta alam semesta. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman hanya
ada satu, tidak ada duanya, namun orang-orang bijaksana menyebutnya dengan
berbagai nama sesuai dengan sifatnya yang maha kuasa. Nama-nama kebesaran Tuhan
kemudian diwujudkan ke dalam beragam bentuk Dewa-Dewi, seperti misalnya: Wisnu, Brahma, Siwa, Laksmi, Parwati, Saraswati, dan lain-lain. Dalam
Agama Hindu Dharma (khususnya di Bali), konsep Ida
Sang Hyang Widhi Wasa merupakan suatu bentuk
monoteisme asli orang Bali.
Panteisme
Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan
adalah panteisme. Konsep tersebut
menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud
tertentu maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu
pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun, ibaratgaram pada air laut. Dalam agama Hindu, konsep
panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari
Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu,
beliau tidak berada di surga ataupun di dunia tertinggi
namun berada pada setiap ciptaannya.
Ateisme
Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran Samkhya) yang dianggap positif
oleh para teolog/sarjana dari Barat. Samkhya merupakan ajaran filsafat
tertua dalam agama Hindu yang diduga menngandung sifat ateisme. Filsafat Samkhya dianggap
tidak pernah membicarakan Tuhan dan terciptanya dunia beserta isinya bukan
karena Tuhan, melainkan karena
pertemuan Purusha dan Prakirti, asal mula segala sesuatu
yang tidak berasal dan segala penyebab namun tidak memiliki penyebab. Oleh
karena itu menurut filsafat Samkhya, Tuhan tidak pernah campur
tangan. Ajaran filsafat ateisme dalam Hindu tersebut tidak ditemui dalam
pelaksanaan Agama Hindu Dharma di Indonesia, namun ajaran filsafat
tersebut (Samkhya) merupakan ajaran filsafat tertua di India. Ajaran ateisme dianggap
sebagai salah satu sekte oleh umat Hindu Dharma dan tidak pernah diajarkan di
Indonesia.
Konsep lainnya
Di samping mengenal konsep monoteisme, panteisme, dan ateisme yang terkenal, para sarjana
mengungkapkan bahwa terdapat konsep henoteisme,politeisme, dan monisme dalam ajaran agama Hindu
yang luas. Ditinjau dari berbagai istilah itu, agama Hindu paling banyak
menjadi objek penelitian yang hasilnya tidak menggambarkan kesatuan pendapat
para Indolog sebagai akibat berbedanya sumber informasi.
Agama Hindu pada umumnya hanya mengakui
sebuah konsep saja, yakni monoteisme. Menurut pakar agama
Hindu, konsep ketuhanan yang banyak terdapat dalam agama Hindu hanyalah akibat
dari sebuah pengamatan yang sama dari para sarjana dan tidak melihat tubuh
agama Hindu secara menyeluruh. Seperti
misalnya, agama Hindu dianggap memiliki konsep politeisme namun konsep
politeisme sangat tidak dianjurkan dalam Agama Hindu Dharma dan bertentangan dengan
ajaran dalam Weda.
Meskipun banyak pandangan dan konsep
Ketuhanan yang diamati dalam Hindu, dan dengan cara pelaksanaan yang
berbeda-beda sebagaimana yang diajarkan dalam Catur Yoga, yaitu empat jalan
untuk mencapai Tuhan, maka semuanya diperbolehkan. Mereka berpegang teguh
kepada sloka yang mengatakan:
“
|
Jalan mana pun yang ditempuh
manusia kepada-Ku, semuanya Aku terima dan Aku beri anugerah setimpal sesuai
dengan penyerahan diri mereka. Semua orang mencariku dengan berbagai jalan,
wahai putera Partha (Arjuna)
|
”
|
Pustaka suci
Ajaran agama dalam Hindu didasarkan pada
kitab suci atau susastra
suci keagamaan yang disusun dalam masa yang amat
panjang dan berabad-abad, yang mana di dalamnya memuat nilai-nilai spiritual
keagamaan berikut dengan tuntunan dalam kehidupan di jalan dharma. Di antara
susastra suci tersebut, Weda merupakan yang paling tua
dan lengkap, yang diikuti dengan Upanishad sebagai susastra dasar yang
sangat penting dalam mempelajari filsafat
Hindu.
Sastra lainnya yang menjadi landasan penting dalam ajaran Hindu adalah Tantra, Agama dan Purana serta kedua Itihasa (epos), yaitu Ramayana dan Mahabharata. Bhagawadgita adalah ajaran yang dimuat
dalam Mahabharata, merupakan susastra yang dipelajari secara luas, yang sering
disebut sebagai ringkasan dari Weda.
Hindu meliputi banyak aspek keagamaan,
tradisi, tuntunan hidup, serta aliran/sekte. Umat Hindu meyakini akan kekuasaan Yang
Maha Esa, yang disebut dengan Brahman dan memuja Brahma, Wisnu atau Siwa sebagai perwujudan Brahman
dalam menjalankan fungsi sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam semesta.
Secara umum, pustaka suci Hindu dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kitab Sruti dan kelompok kitab Smerti.
§ Sruti berarti "yang
didengar" atau wahyu. Yang tergolong kitab
Sruti adalah kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu Tuhan, seperti misalnya Weda,Upanishad, dan Bhagawadgita. Dalam perkembangannya,
Weda dan Upanishad terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, seperti
misalnya Regweda danIsopanishad. Kitab Weda berjumlah
empat bagian sedangkan kitab Upanishad berjumlah sekitar 108 buah.
§ Smerti berarti "yang
diingat" atau tradisi. Yang tergolong kitab
Smerti adalah kitab-kitab yang tidak memuat wahyu Tuhan, melainkan kitab yang
ditulis berdasarkan pemikiran dan renungan manusia, seperti misalnya kitab
tentang ilmu astronomi, ekonomi, politik, kepemimpinan, tata
negara, hukum, sosiologi, dan sebagainya.
Kitab-kitab smerti merupakan penjabaran moral yang terdapat dalam kitab Sruti.
Weda
Weda merupakan kitab suci yang menjadi sumber
segala ajaran agama Hindu. Weda merupakan kitab suci tertua di dunia karena
umurnya setua umur agama Hindu. Weda berasal dari bahasa
Sanskerta,
yaitu dari kata vid yang berarti
"tahu". Kata Weda berarti "pengetahuan". Para Maha Rsi yang
menerima wahyu Weda jumlahnya sangat banyak, namun yang terkenal hanya tujuh
saja yang disebut Saptaresi. Ketujuh Maha Rsi tersebut
yakni:
Ayat-ayat yang diturunkan oleh Tuhan kepada para Maha Rsi
tersebut tidak terjadi pada suatu zaman yang sama dan tidak diturunkan di
wilayah yang sama. Resiyang menerima wahyu juga
tidak hidup pada masa yang sama dan tidak berada di wilayah yang sama dengan
resi lainnya, sehingga ribuan ayat-ayat tersebut tersebar di seluruh wilayah India dari zaman ke zaman, tidak
pada suatu zaman saja. Agar ayat-ayat tersebut dapat dipelajari oleh generasi
seterusnya, maka disusunlah ayat-ayat tersebut secara sistematis ke dalam
sebuah buku. Usaha penyusunan ayat-ayat tersebut dilakukan oleh Bagawan
Byasa atau Krishna
Dwaipayana Wyasa dengan dibantu oleh empat muridnya, yaitu:
Bagawan Pulaha, Bagawan Jaimini, Bagawan Wesampayana, dan Bagawan Sumantu.
Setelah penyusunan dilakukan, ayat-ayat
tersebut dikumpulkan ke dalam sebuah kitab yang kemudian disebut Weda. Sesuai
dengan isinya, Weda terbagi menjadi empat, yaitu:
Keempat kitab tersebut disebut
"Caturweda Samhita". Selain keempat Weda tersebut, Bhagawadgita yang
merupakan intisari ajaran Weda disebut sebagai "Weda yang kelima".
Bhagawadgita
Bhagawadgita merupakan suatu bagian dari
kitab Bhismaparwa, yakni kitab keenam dari
seri Astadasaparwa kitab Mahabharata, yang berisi percakapan
antara Sri Kresna dengan Arjuna menjelangBharatayuddha terjadi. Diceritakan bahwa
Arjuna dilanda perasaan takut akan kemusnahan Dinasti
Kuru jika Bharatayuddha terjadi. Arjuna juga
merasa lemah dan tidak tega untuk membunuh saudara dan kerabatnya sendiri di
medan perang. Dilanda oleh pergolakan batin antara mana yang benar dan mana
yang salah, Arjuna bertanya kepada Kresna yang mengetahui dengan baik
segala ajaran agama.
Kresna yang memilih menjadi kusir kereta
Arjuna menjelaskan dengan panjang lebar ajaran-ajaran ketuhanan dan kewajiban
seorang kesatria agar dapat membedakan
antara yang baik dengan yang salah. Ajaran tersebut kemudian dirangkum menjadi
sebuah kitab filsafat yang sangat terkenal yang bernama Bhagawadgita.
Bhagawadgita terdiri dari delapan belas bab
dan berisi ± 650 sloka. Setiap bab menguraikan
jawaban-jawaban yang diajukan oleh Arjuna kepada Kresna. Jawaban-jawaban tersebut
merupakan wejangan suci sekaligus pokok-pokok ajaran Weda.
Purana
Itihasa
Itihasa adalah suatu bagian dari kesusastraan
Hindu yang menceritakan kisah kepahlawanan para
raja dan kesatria Hindu pada masa lampau dan dikombinasikan dengan filsafat
agama, mitologi, dan cerita tentang
makhluk supranatural, yang merupakan manifestasi kekuatan Brahman. Kitab Itihasa disusun
oleh para Resi dan pujangga India masa lampau, seperti
misalnya Resi
Walmiki dan Resi
Byasa.
Itihasa yang terkenal ada dua, yaitu Ramayanadan Mahabharata.
Kitab lainnya
Selain kitab Weda, Bhagawadgita, Upanishad, Purana dan Itihasa, agama Hindu mengenal
berbagai kitab lainnya seperti misalnya: Tantra, Jyotisha, Darsana, Salwasutra, Nitisastra, Kalpa, Chanda, dan lain-lain. Kebanyakan
kitab tersebut tergolong ke dalam kitab Smerti karena memuat ajaran astronomi, ilmu hukum, ilmu tata negara, ilmu
sosial, ilmu kepemimpinan, ilmu bangunan dan pertukangan, dan lain-lain.
Kitab Tantra memuat tentang cara
pemujaan masing-masing sekte dalam agama Hindu. Kitab
Tantra juga mengatur tentang pembangunan tempat
suci Hindu dan peletakkan arca. Kitab Nitisastramemuat ajaran kepemimpinan
dan pedoman untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Kitab Jyotisha merupakan kitab yang memuat
ajaran sistem astronomi tradisional Hindu. Kitab
Jyotisha berisi pedoman tentang benda langit dan peredarannya. Kitab Jyotisha
digunakan untuk meramal dan memperkirakan datangnya suatu musim.
Karakteristik
Dalam agama Hindu, seorang umat
berkontemplasi tentang misteri Brahman dan mengungkapkannya
melalui mitos yang jumlahnya tidak
habis-habisnya dan melalui penyelidikan filosofis. Mereka mencari kemerdekaan
dari penderitaan manusia melalui praktik-praktik askese atau meditasi yang mendalam, atau dengan
mendekatkan diri kepada Tuhan melalui cinta kasih, bakti dan percaya (Sradha).
Umat Hindu juga menyebut agamanya sebagai Sanatana Dharma yang artinya Dharma (Ahimsa) yang kekal abadi.
Menurut kepercayaan para penganutnya, ajaran
Hindu langsung diajarkan oleh Tuhan sendiri, yang turun atau menjelma ke dunia
yang disebut Awatara. Misalnya Kresna, adalah penjelmaan Tuhan
ke dunia pada zaman Dwaparayuga, sekitar puluhan ribu
tahun yang lalu[14]. Ajaran
Kresna atau Tuhan sendiri yang termuat dalam kitab Bhagawadgita, adalah kitab suci Hindu
yang utama. Bagi Hindu, siapapun berhak dan memiliki kemampuan untuk menerima
ajaran suci atau wahyu dari Tuhan asalkan dia telah mencapai kesadaran atau
pencerahan. Oleh sebab itu dalam agama Hindu wahyu Tuhan bukan hanya terbatas pada
suatu zaman atau untuk seseorang saja. Bahwa wahyu Tuhan yang diturunkan dari
waktu ke waktu pada hakekatnya adalah sama, yaitu tentang kebenaran, kasih
sayang, kedamaian, tentang kebahagiaan yang kekal abadi, tentang hakekat akan
diri manusia yang sebenarnya dan tentang dari mana manusia lahir dan mau ke
mana manusia akan pergi, atau apa tujuan yang sebenarnya manusia hidup ke
dunia.
Enam filsafat Hindu
Terdapat dua kelompok filsafat India, yaitu Astika dan Nastika. Nastika merupakan
kelompok aliran yang tidak mengakui kitab Weda, sedangkan kelompok Astika
sebaliknya. Dalam Astika, terdapat enam macam aliran filsafat. Keenam aliran
filsafat tersebut yaitu: Nyaya, Waisasika, Samkhya, Yoga, Mimamsa, dan Wedanta. Ajaran filsafat keenam
aliran tersebut dikenal sebagai Filsafat Hindu. Kelompok Nastika umumnya
kelompok yang lahir ketika Hindu masih berbentuk ajaran Weda dan kitab Weda
belum tergenapi. Hindu baru muncul selah adanya kelompok Astika. Kedua kelompok
tersebut antara Astika dan Nastika merupakan kelompok yang sangat berbeda
(Nastika bukanlah Hindu).
Terdapat enam Astika (filsafat Hindu) — institusi pendidikan filsafat ortodok yang memandang Weda sebagai dasar kemutlakan dalam pengajaran filsafat Hindu — yaitu: Nyāya, Vaisheṣhika,Sāṃkhya, Yoga, Mīmāṃsā (juga disebut dengan Pūrva Mīmāṃsā), dan Vedānta (juga disebut dengan Uttara Mīmāṃsā) ke-enam sampradaya ini dikenal dengan istilah Sad Astika Darshana atau Sad Darshana. Diluar keenam Astika diatas, terdapat juga Nastika, pandangan Heterodok yang tidak mengakui otoritas dari Weda, yaitu: Buddha, Jaina dan Carvaka.
Meski demikian, ajaran filsafat ini biasanya
dipelajari secara formal oleh para pakar, pengaruh dari masing-masing Astika
ini dapat dilihat dari sastra-sastra Hindu dan keyakinan yang dipegang oleh
pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep Hindu
Hindu memiliki beragam konsep keagamaan yang
diterapkan sehari-hari. Konsep-konsep tersebut meliputi pelaksanaan yajña,
sistem Catur
Warna (kasta), pemujaan terhadap Dewa-Dewi,Trihitakarana, dan lain-lain.
Dewa-Dewi Hindu
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa adalah makhluk suci,
makhluk supernatural, penghuni surga, setara dengan malaikat, dan merupakan manifestasi
dariTuhan Yang Maha Esa. Kata “dewa”
berasal dari kata “div” yang berarti “beResinar”. Dalam kitab suci Reg Weda,
Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa
tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Di
antara Dewa-Dewi dalam agama Hindu, yang paling terkenal sebagai suatu konsep
adalah: Brahmā, Wisnu, Çiwa. Mereka disebut Trimurti.
Dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa
tidak dapat bergerak bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak
dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti
makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan. Filsafat Advaita (yang berarti: “tidak ada
duanya”) menyatakan bahwa tidak ada yang setara dengan Tuhan dan para Dewa hanyalah
perantara antara beliau dengan umatnya.
Sistem
Catur Warna (Golongan Masyarakat)
Dalam agama Hindu, dikenal istilah Catur
Warna bukan sama sekali dan tidak sama dengan kasta. Karena di dalam ajaran
Pustaka Suci Weda, tidak terdapat istilah kasta. yang ada hanyalah istilah
Catur Warna. Dalam ajaran Catur Warna, masyarakat dibagi menjadi empat
golongan, yaitu:
Menurut ajaran catur Warna, status seseorang
didapat sesuai dengan pekerjaannya. Jadi, status seseorang tidak didapat
semenjak dia lahir melainkan didapat setelah ia menekuni suatu profesi atau
ahli dalam suatu bidang tertentu. Catur
Warna menekankan seseorang agar melaksanakan
kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Keempat golongan sangat dianjurkan untuk
saling membantu agar mereka dapat memperoleh hak. Dalam sistem Catur Warna
terjadi suatu siklus “memberi dan diberi” jika keempat golongan saling memenuhi
kewajibannya.
Pelaksanaan
ritual (Yajña)
Dalam ajaran Hindu, Yajña merupakan pengorbanan suci
secara tulus ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada para
leluhur, kepada sesama manusia, dan kepada alam semesta. Biasanya diwujudkan
dalam ritual yang sangat erat kaitannya
dengan kehidupan umat Hindu. Tujuan pengorbanan tersebut bermacam-macam, bisa
untuk memohon keselamatan dunia, keselamatan leluhur, maupun sebagai kewajiban
seorang umat Hindu. Bentuk pengorbanan tersebut juga bermacam-macam, salah
satunya yang terkenal adalah Ngaben, yaitu ritual yang
ditujukan kepada leluhur (Pitra Yadnya).
Sekte (aliran) dalam Hindu
Jalan yang dipakai untuk menuju Tuhan (Hyang
Widhi) jalurnya beragam, dan kemudian dikenallah para dewa. Dewa yang tertinggi
dijadikan sarana untuk mencapai Hyang Widhi. Aliran terbesar agama Hindu saat
ini adalah dari golongan Sekte Waisnawa yaitu menonjolkan kasih sayang dan
bersifat memelihara; yang kedua terbesar ialah Sekte Siwa sebagai pelebur dan
pengembali yang menjadi tiga sekte besar, yaitu Sekte Siwa, Sekte Sakti (Durga
), dan Sekte Ganesha, serta terdapat pula Sekte Siwa Siddhanta yang merupakan aliran
mayoritas yang dijalani oleh masyarakat Hindu Bali, sekte Bhairawa dan Sekte - Sekte yang
lainnya. Yang ketiga ialah Sekte Brahma sebagai pencipta yang menurunkan Sekte
Agni, Sekte Rudra, Sekte Yama, dan Sekte Indra. Sekte adalah jalan untuk
mencapai tujuan hidup menurut Agama Hindu, yaitu moksha (kembali kepada Tuhan),
dan pemeluk Hindu dipersilahkan memilih sendiri aliran yang mana menurutnya
yang paling baik/bagus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar